Ziarah Ulama Nusantara Tubagus Sangkrah, Tubagus Maqdum dan Tubagus Yahya, Simak Sejarah Tubagus Sangkrah

- Minggu, 12 Februari 2023 | 21:35 WIB
  •  

klikmedianet.com-- Majelis Wakil Cabang Nahdalatul Ulama Rajabasa Bandar Lampung,masih di bulan Rajab, para pengurus mendo'akan dikuburnya makam para Wali Alloh diantaranya Tubagus Maqdum di Panjang, Tubagus Yahya di Teluk Betung dan Tubagus Sangrah di Lempasing, Pesawaran. Ziarah Ulama Nusantara Tubagus Sangkrah atau Pangeran Maulana Hasanudin Teluk Sukajaya, Lempasing, Pasawahan Lampung,Minggu (12/2/2023).

Sore rombongan MWC Nu Rajabasa dengan awan pekat diantara bunyi desiran angin yang mendorong gulungan ombak ditepian pantai berpasir putih terbentang memanjang bekelok kelok di teluk Sukajaya, Lempasing, Padang Cermin, Pasawahan Lampung, masuk kedalam 1km dengan jalan tanah lokasi dikelilingi pantai. Ketika tempat ini dijadikan perkampungam wisata religi dapat dijadikan sebuah keberkahan bagi masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar dapat berjualan menyediakan makanan minuman disekitar makam untuk peziarah baik menyediakan bunga, air untuk perlengkapan peziarah.

Ilistrasi foto ziarah Makam Tb Mahdum
Ilistrasi foto ziarah Makam Tb Mahdum

 


Diantara tumbuhan tanaman pohon waru dan pohon Ketapang yang berjejer ditepian pantai sesekali terdengar bunyi burung gagak yang bersahutan dengan ciutan kelelawar terbang menyintas secara bergerombol untuk mencari tempat bertengger diranting maupun dahan pohon waru dan ketapang yang berdiri kokoh menjalar landai bercabang cabang dengan susunan yang horisontal dengan daun daun yang rimbun nan lebat.

Gulungan lembut ombak pantai menyirami secara pasir putih dan lambaian berayun daunan waru di tiup angin malam adalah cakrawala yang menorehkan kisah kehidupan masa lalu yang terhubung dengan makam keramat TB. Sangkrah atau Pangeran Maulana Hasanudin.

Ilistrasi foto MWC nU Rajabasa di Bulan Rajab Ziarah ke Makam Tb Yahya
Ilistrasi foto MWC nU Rajabasa di Bulan Rajab Ziarah ke Makam Tb Yahya

 

Menurut penuturan juru kunci makam mang Odeng menceritakan jika TB. Sangkrah adalah seorang ulama yang semasa hidupnya menyiarkan agama Islam di wilayah Pasawahan Lampung yang tinggal menetap di teluk Sukajaya ini hingga akhir hayatnya. Mengutip tulisan yang terpampang di tembok luar makam yang menyebutkan TB Sangkrah atau Pangeran Maulana Hasanudin, oleh juru kunci makam atau warga sekitar tidak ada yang bisa meriwayatkan secara utuh setelah dikonfirmasi selain hanya menceritakan jika Mbah Sangkrah berasal dari Pulau Jawa yang masih ada keturunan dari Sunan Gunung Jati, bertolak dari sepenggal kisah ini, selanjutnya dapat terlacak dari berbagai tulisan sejarah yang sudah tersebar luas.

Berdasarkan berbagai catatan yang ada terkait dengan riwayat dan asal usul dari pada Mbah TB. Sangkrah maka muncul spekulasi jika Keberadaan Mbah TB. Sangkrah di tempat ini adalah bagian tidak terpisahkan dengan ekspedisi penyerangan Kasultanan Banten kepada Kerajaan Palembang di Sumatra pada kisaran tahun 1596 M.

Syahdan dikisahkan pendiri Kasultanan Banten adalah Pangeran Sabakingking yang kelak setelah menjadi Raja Banten bergelar Sulthanul-Auliya’ Wal Arifin Asy-Syaikh Sultan Syarif Maulana Hasanuddin Al-Azhamatkhan Al-Husaini Al-Bantani yang berkuasa di Banten sejak 1552 sampai dengan 1570.

Sultan Maulana Hasanuddin merupakan salah seorang putra dari Sunan Gunung Jati yang dikisahkan jika Sultan Maulana Hasanuddin juga memiliki istri dari bangsa jin yang telah melahirkan seorang putra bernama Arya Dillah yang sejak kecil diasuh oleh ibunya namun setelah dewasa mampu mencari ayahnya sendiri yang diceritakan pada waktu itu Arya Dillah dengan mengenakan pakaian yang compang samping, lusuh dengan tubuh yang dekil telah datang ke Kedathon Banten untuk mencari ayahnya hingga sempat terjadi keributan dengan para prajurit penjaga istana yang kewalahan untuk dapat meringkusnya.

Mendengar adanya keributan diluar pendopo Kraton tersebut maka Sultan Maulana Hasanudin keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi dan setelah mengetahui adanya Arya Dilah maka Sultan langsung dapat mengenali jika pemuda compang camping itu tak lain adalah anaknya sendiri dari ibu yang berasal dari bangsa Jin, karenanya Sultan Maulana Hasanudin kala itu langsung memeluk dan mempersilahkan Arya Dilah untuk masuk kedalam istana, kejadian itu telah membuat seluruh punggawa Kraton menjadi terheran heran sebab tidak menyangka jika pemuda dekil tersebut adalah salah seorang anak Sultan.

Namun ada kisah lain yaitu suatu ketika Arya Dilah telah menceritakan kisah hidupnya kepada Sultan Maulana Hasanudin dalam suatu kesempatan, mendengar cerita tersebut maka Sultan Maulana Hasanudin meminta dirinya untuk membuktikan bahwa dirinya memang anak seorang raja Banten yaitu dengan cara menyuruh Arya Dillah untuk merontokan seluruh daun beringin dari salah satu pohonnya disekitar istana tanpa sehelai daunpun yang tersisa. Arya Dillah menyanggupi permintaan tersebut dengan cara bertapa di bawah pohon beringin yang akan dirontokkan seluruh daunnya tersebut dan dalam pertapaannya itu, ia meminta bantuan kepada ibu dan kakeknya agar kesaktiannya bisamerontokkan seluruh daun pohon beringin itu, tidak lama kemudian dengan kesaktian yang dimilikinya, pohon beringin itu hanya dengan sekali tiup saja seluruh daunnya rontok tidak ada selembar daun yang rusak atau tertinggal di pohonnya semua daun jatuh rontok berguguran ditanah.

Halaman:

Editor: Novis Pawarman,S.Pd

Tags

Terkini

X